Jumat, 27 April 2012

berapa banyak uang yang diperlukan agar bahagia

- Uang bukan penentu, tapi bisa mempengaruhi kebahagiaan. Demikian hasil jajak pendapat terbaru yang dihajat lembaga Marist Institute for Public Opinion, Amerika Serikat.

Pendapatan rumah tangga tahunan sebesar US$ 50 ribu cukup untuk meningkatkan kemungkinan orang merasa, secara keseluruhan, bahagia dan puas dalam hidup.

Untuk sampai pada angka tersebut, para peneliti di Marist College meminta orang untuk menilai tingkat kepuasan dalam seluruh bidang kehidupan mereka: keluarga, lingkungan, keselamatan, situasi perumahan, kehidupan spiritual, kesehatan, teman, pekerjaan atau bagaimana waktunya akan dihabiskan, waktu luang, keuangan, dan keterlibatan masyarakat.

Mereka kemudian meminta mereka untuk mengidentifikasi pendapatan rumah tangga tahunan mereka. Penelitian ini menemukan bahwa gaji tahunan sebesar US$ 50 ribu menjadi titik kritis penting dalam menentukan kebahagiaan dan kepuasan pribadi.

Rumah tangga dengan pendapatan tahunan kurang dari US$ 50.000 kurang bahagia dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga tahunan lebih dari US$ 50.000. Beberapa perbedaan terbesar antara kedua tingkat pendapatan terjadi dalam kepuasan menyangkut perumahan, hubungan dengan teman, dan kepuasan secara keseluruhan dengan kehidupannya.

Terlepas dari tingkat pendapatan, survei juga menemukan bahwa 64 persen orang Amerika telah mengalami kesulitan keuangan pada tahun lalu. Survei tersebut juga menemukan bahwa, dalam satu tahun terakhir, 57 persen mengurangi pengeluaran; 26 persen menunda pensiun; 17 persen memiliki kesulitan membayar perawatan medis; 14 persen memiliki kesulitan membayar hipotek mereka; dan 12 persen memiliki kesulitan untuk menebus resep obat.

"Uang tidak dapat langsung membeli kebahagiaan, tetapi penelitian kami jelas menunjukkan bahwa itu adalah faktor penting dalam kepuasan dengan kualitas hidup," kata Paul Hogan, ketua dan pendiri Home Instead Senior Care, sebuah perusahaan yang menyediakan perawatan di rumah bagi manula dan yang memprakarsai survei. "Yang penting digarisbawahi tidak hanya sejauh mana pendapatan membentuk perspektif tentang kehidupan, tetapi betapa sulitnya krisis ekonomi terakhir ini bagi banyak orang," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar